Saat ini para penjahat cyber bisa saja memburu semua jenis data,
yakni: data pribadi, foto, video, bahkan cara pengguna berinteraksi
dengan orang lain yang disimpan di jejaring sosial. Celakanya, data yang
dicuri seringkali diposting di tempat lain untuk nantinya dijual kepada
penjahat lain yang ingin memperoleh keuntungan.
Melihat hal ini, dapat dikatakan bahwa identitas digital sudah melebihi akun media social itu sendiri. Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan teknologi, meningkat pula jumlah komponen identitas online kita yang dapat dicuri atau dipalsukan.
Masih terkait dengan hal di atas, saat ini sudah memungkinkan untuk memasang wajah orang lain saat melakukan video call. Dengan langkah yang benar maka wajah tersebut terlihat sangat realistis dan akan membuat Anda kebingungan untuk membedakan apakah wajah orang tersebut palsu atau memang asli.
Sebuah aplikasi yang diluncurkan pada 2011 bahkan dapat merubah bentuk wajah seseorang. Padahal wajah palsu itu diambil dari sebuah foto yang kemudian digerakkan secara dinamis dan nyata di dalam video.
Tak hanya itu saja, dewasa ini, orang juga bisa menggunakan sidik jari mereka untuk masuk ke pusat kebugaran, seperti yang dilakukan oleh pusat kebugaran di Amerika, 24 Hour Fitness. Pasien dari pusat medis di New York University bahkan menunjukkan telapak tangan sebagai ganti kartu asuransi mereka, dimana sistem PatientSecure melakukan pemindaian pola pemb*luh d*rah yang unik pada tangan mereka.
Akan tetapi, semua sistem keamanan berbasis sidik jari rawan dibobol karena bukanlah hal yang sulit untuk memalsukan biometrik seseorang, seperti sidik jari ataupun pemindaian iris. Yang mengerikan adalah hal tersebut bahkan dapat dilakukan dari jarak jauh.
Seorang spesialis biometrik asal Jerman, Jak Krissler, yang terkenal akan aksinya meretas TouchID Apple baru dan menemukan cara untuk menyalin iris serta sidik jari dari foto dengan resolusi tinggi.
"Biometrik tentunya masih memiliki ruang untuk perbaikan. Kita seharusnya tidak mengimplementasikan teknologi baru tanpa adanya sebuah sistem proteksi yang spesifik yang akan melindungi data pribadi seseorang. Sebaliknya jika ada kegagalan dan penelitian investigasi terhadap peretasan teknologi maka kami akan memberitahukan kepada Anda. Untuk saat ini, kami sangat menyarankan Anda untuk tetap waspada dan melindungi data penting Anda dengan cara lama seperti password yang kuat dan teknologi two factor authentication," ujar ahli Kaspersky Lab, Kate Kochetkova.
sumber:http://halounik.blogspot.com/2015/11/hati-hatihacker-kini-mampu-palsukan.html